tertawalah selagi waras

Malam ini terasa begitu agak aneh..entah kenapa mata ini selalu kesemutan tiap inget jaman dulu waktu aku masih ganteng..kira2 30 taun sebelum masehi lah hehe..begitu banyak masalah akhir2 ini yang membuatku sulit ketawa n bawaannya pengen nikahin asmirandah mulu.pokoknya smua masalah bikin aku 3/4 gila..hingga akhirnya aku teringat perkataan seorang teman lama..kalo gak salah dia bilang 'ketawalah mumpung masih waras sebelum kau jadi Gila'
Tawa adalah (salah satu) anugerah
terindah buat manusia dalam
kehidupan. Tidak saja indah, tawa
juga bingkisan eksklusif untuk
kita, anggota spesies Homo
Sapiens.Kuntilanak, menurut cerita beberapa kerabatnya, juga suka
cekikikan. Tetapi melihat
wajahnya yang suram dan seram
itu, tampaknya itu juga bukan
tawa yang baik dan benar, dan memang belum dapat sertifikat
SNI.
Begitu manusia lahir, hal
pertama yang dilakukannya adalah
menangis keras. Ada yang
bilang, itu tanda kesedihan
karena melihat dunia yang begitu ganas. Tapi aku ga
percaya teori yang suram2 seperti itu. Lebih masuk akal
kalau tangisan bayi adalah sejenis
tes vokal, ujicoba pita suara,
karena di dalam rahim yang serba kedap, dia tidak mungkin
menjajal bakat tarik suara itu. Tapi whateverlah. Yang jelas,
setelah tangisan, hal berikutnya
yang dilakukan manusia yang
baru lahir adalah tertawa. Tawa
yang terdengar begitu jernih,
ketika pita suara itu belum pernah digunakan untuk
berdusta, dan bibir itu belum
pernah disentuh bibir lelaki
pendusta atau wanita penggoda.
Ketika asupan yang mengalir
melalui lehernya hanya air susu yang bersumber dari dada ibunya
yang penuh cinta. Tawa bayi
adalah musik dari langit, suara
dari surga. Bahkan seorang Jenghis Khan, si
penakluk yang buas, yang hanya
gara2 tehnya terlambat
diantar dia akan memancung
pelayannya pun terpana
mendengar tawa bening Ogedei, bayinya yang baru lahir. Andai
bang Jenghis punya akun facebook dia pasti sudah
membuatnya jadi status: Gila, ketawanya Oged bening banget.
Kalian wajib denger nih men! Dan jutaan rakyat yang
ditaklukkannya pun dengan
terpaksa menlike dan komen pada statusnya itu.
Nah, jika memang kita dikirim
kedunia yang serba gersang dan
bergelimang derita, mengapa
software tawa sudah diinstal
sejak awal, sehingga kita tidak
harus mendownloadnya setelah dewasa? Jadi ingat, orang-orang
tua di kampung aku bilang, bayi
tertawa karena didekatnya
malaikat sedang melucu dengan
banyolan berkelas surga. Apa itu
banyolan berkelas surga, bahkan Om Gugel pun masih bingung.
Mudah-mudahan kita masuk
surga, sebab di neraka cuma ada
lelucon neraka. Di sela canda itu,
malaikat juga meyakinkan kita,
bahwa hidup pada dasarnya menyenangkan, asal kita tak
terlalu banyak menyimpan
keinginan.
Karena tawa begitu penting,
maka segala upaya untuk
menghasilkannya seperti;melucu,
menyaksikan acara lawak di tv,
baca komik lucu, nonton pilem
komedi dan sebagainya, tidak bisa dianggap sebagai sesuatu
yang main2, pekerjaan
remeh yang tak ada
substansinya. Kadang kita begitu sibuk
mengejar hal2 “besar” dalam
kehidupan, sehingga kita tak
punya waktu bagi hal2 “kecil”,
padahal kebahagiaan sejati
seringkali muncul dari hal2 kecil. Misalnya, tagihan hutang mu kecil. Gandhi, tokoh mengagumkan itu
pernah mengakui, kalau saja dia
ga punya selera humor, dia pasti
sudah bunuh diri sejak lama.
Dalai Lama, legenda hidup yang
tak kalah mengagumkan, juga pernah bilang bahwa serius
belum tentu cermin kearifan,
lucu belum tentu tanpa
pencerahan. Nabi Muhammad SAW, Baginda
panutan kaum muslimin, sosok
yang dikisahkan penuh
kesungguhan, yang sering
menangis ketika shalat di
penghujung malam, juga pernah bercanda. Dalam sebuah riwayat
yang shahih, beliau dikisahkan
pernah “menggoda” sahabat
sekaligus kerabat dekatnya, Ali
bin Abi Thalib, telah memakan
kurma dengan kulit2nya. Dan beliau pun tertawa, sampai
terlihat deretan putih giginya. Di sisi lain–sepanjang yang aku
tahu Yesus juga mengingin kan
manusia lepas dari himpitan
penderitaan, bebas dari segala
tekanan, dan mengabarkan bahwa
kedatangannya membawa kegembiraan. Jika Anda tidak tertarik dengan
figur-figur religius, monggo
melihat kupu-kupu menari di
antara kelopak bunga, menatap
matahari muncul malu2 di
balik pundak Gunung Bromo atau mendengar ombak yang
menghempas malas pecah di
bibir pantai kuta, pendeknya
menatap wajah bumi yang
menawan ini, belum lagi memandang kilau gemintang di
angkasa, dan semburat cahaya
bulan yang membuat pungguk
gagap terpesona. Melihat semua
itu, mustahil Tuhan dan semesta,
tak menginginkan kita berbahagia. Kalau orang bijak menyarankan
kita untuk sesekali menangis,
karena air mata bisa membasuh
dan membersihkan sukma, maka
orang yang superbijak mengajak
kita untuk sering2 tertawa, karena gelak tawa akan
memberi napas baru bagi jiwa.
Dengan sukma yang bersih, dan
napas baru dalam jiwa, maka tak
akan ada lagi perih, kaupun
menjadi akrab dengan bahagia. Tentu saja, tertawalah jika ada
alasan yang memadai dan “legal”
untuk itu. Tertawa sendiri tanpa
sebab, akan membuat
keluargamu cemas. Juga sangat
tidak terpuji, tertawa karena kesialan dan penderitaan orang
lain. Kebahagiaan sejati, mustahil
bersumber pada kesedihan orang
lain.
Entah mengapa, saat tertawa,
hal-hal yang menyebalkan,
masalah yang berkerumun di
dalam pikiran itu, dengan
sendirinya menyingkir. Tawa
memang tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi
itu menegaskan bahwa kita ga
akan begitu saja kalah.bukalah pikiranmu,
karena lelucon susah masuk ke pikiran yang tertutup.
Hilangkan prasangka buruk
bahwa lelucon itu bermaksud
menghinamu atau siapa pun.Lelucon
memang tidak selalu terikat pada
logika. Bahkan lawakan sering
jadi sia2 ketika disambut dengan rasio yang siaga. Lezatnya makanan tak semata
ditentukan kualitas menu, tetapi
juga tingkat rasa laparmu.
Begitu pula suksesnya lawakan, tidak
melulu karena kelucuannya,
tetapi seberapa hausnya penikmatnya akan keceriaan, dan
seberapa positifnya Anda
memahami kehidupan.
Baiklah setelah ngaco panjang lebar dan capek karna posting lewat hape..Marilah kita tertawa
selagi waras, atau nanti ketika
segalanya sudah terlambat, kita
akan tertawa ketika sudah
terlanjur gila. Mumpung masih
jadi orang, sempatkan lah terbahak, atau nanti kamu cekikikan ketika sudah jadi
kuntilanak. Serius nih… Karena tawa adalah
jarak terdekat di antara dua hati..sekian curhatan dari orang susah yang lagi galau tingkat ketua DPR..kalo ga nyambung harap maklum namanya juga lagi galau gkgkgkgk

0 komen pembaca:

Posting Komentar

  • description
  • . . . Copy dari
  • sampai
  • dan tempel disini . . .
  • description

Video Gallery